Bagi mereka yang sering lupa sampai halaman berapa yang dibaca, niscaya pembatas buku tak bisa dihindari.
Bung Jep
Bagi seseorang yang terbiasa membaca buku selesai dalam sekali duduk atau mereka yang punya ingatan kuat terhadap halaman, baris, bahkan kata dalam sebuah buku, pembatas buku mungkin tidak terlalu dibutuhkan. Namun, bagi mereka yang sering lupa sampai halaman berapa yang dibaca, niscaya pembatas buku tak bisa dihindari.

Sahabat Jep biasanya menandai halaman buku dengan cara apa? Mungkin ada yang dengan pembatas buku karena memang sudah bawaan dari buku tersebut, atau melipatnya, entah dengan lipatan kecil atau lipatan besar. Kalau Bung Jep pernah suatu ketika sedang membaca buku, belum selesai, sementara pembatas buku berbentuk kertas sudah habis, akhirnya Bung Jep menggunakan pipet kecil. Apa pun yang tersedia di dekat, asal bisa menandai, Bung Jep manfaatkan. Pernah pula menggunakan label baju, kertas kosong, dan daun.
Nah, macam-macam pembatas buku tersebut masih terasa biasa. Butuh sesuatu yang beda atau lain. Agar membaca lebih asyik dan seru, setidaknya perlu atribut yang memicu sensasi dan adrenalin. Kira-kira pembatas buku apa yang bisa memicu hal tersebut? Berikut Bung Jep tawarkan buat Sahabat Jep sekalian.
Pertama, membaca buku butuh ketenangan dan konsentrasi. Seorang pembaca berusaha memahami dan menikmati isi dari sebuah buku. Namun, apa jadinya bila pembatas yang digunakan adalah foto mantan? Menarik, bukan? Bukannya kamu menyerap ilmu pengetahuan yang adiluhung, malah menyerap (kembali) luka dan kenangan. Nahasnya, buku yang sedang dibaca adalah Kiat Sukses Move On Jaya untuk Masa Depan Berkemajuan, entah terbitan mana.
Kedua, pada suatu ketika, seorang Pablo Escobar, seorang bos narkoba, mendapati anak perempuannya sedang kedinginan. Mereka sedang bersembunyi dari kejaran aparat. Melihat anaknya itu, Escobar tak tega. Yang ia miliki hanya uang. Lalu, Escobar membakar uang senilai 20 miliar demi menghangatkan anaknya. Benar, dengan uang apa pun urusannya jadi gampang. Akan tetapi, karena uang juga, dua menteri kita yang korup itu dituntut hukuman mati. Nah, bagi Sahabat Jep yang pengen ngeceh-ceh uang, bisa tuh dimanfaatkan sebagai pembatas buku. Bukankah tambah semangat baca buku sambil lihat uang? Oh, Bung Karno, oh, Bung Hatta…
Ketiga, hidup kadang cuma numpang berutang. Negara aja juga gitu, kok. Banyak lagi, konon. Membaca pun demikian, agar adrenalin bertambah, pembatas buku yang dipakai adalah nota tagihan. Bukannya dibaca, dibanting deh itu buku. Nyaur, nyaur, nyaur!
Gimana, yakin mau nyoba?