Fenomena Kata “Jujurly” dan “Sehonestnya”, Bagaimana Penjelasannya?

Ketika bermain media sosial, apakah kalian pernah membaca kata “jujurly” dan “sehonestnya” dari komentar netizen?

Bagaimana pendapat kalian mengenai hal tersebut? Lucu bukan? Tapi cukup menarik. “Jujurly” dan “sehonestnya” menggabungkan dua bahasa, dalam sebuah kata.

Rinciannya, kata “jujur” ditambah dengan imbuhan “-ly” serta “honest” diapit dengan “se” dan “-nya”.

Sementara itu afiksasi dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu proses pembentukan kata. Afiksasi terdiri dari:

  1. Pengimbuhan di awal kata (prefiksasi)
  2. Pengimbuhan di tengah kata (infiksasi)
  3. Pengimbuhan di belakang kata (sufiksasi)

Pada “jujurly” dalam bahasa Indonesia memperoleh imbuhan “-ly” dari bahasa Inggris di belakang. Maka karena penambahannya di belakang termasuk dalam sufiksasi.

Sufiksasi misalnya: ambilkan, temani, hingga suratan. Ketiganya tentu contoh bahasa Indonesia.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ada sufiks yang diambil dari bahasa asing? Jika mengacu pada buku Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Ramlan mendaftarkan beberapa afiks dari bahasa asing yang makin produktif digunakan dalam bahasa Indonesia.

Afiks-afiks yang dimaksud adalah “-wan” pada sejarawan, “-is” pada esais, dan “-wi” pada duniawi. Ramlan juga menuliskan “-wati” dan “-man” sebagai sufiks yang diserap dari bahasa asing. Tapi untuk sufiks “-ly” tidak ada.

Jika merujuk pada kamus Merriam Webster (via narabahasa), “–ly” adalah sufiks dalam bahasa Inggris yang menandakan adjektiva dan adverbia.

Kata “weekly”, misalnya, tergolong ke dalam adjektiva. Sementara itu, “slowly” termasuk ke dalam adverbia.

Sufiks dalam bahasa Indonesia, sufiks yang bisa membentuk adjektiva adalah “-an”, “–iah”, “–if”, “–ik”, “–is”, dan “–istis”. Kemudian, tidak ada sufiks yang bisa membentuk adverbia. Penjelasan tersebut merupakan penjelasan dari Kridalaksana dan lagi-lagi sufiks “-ly” belum terdaftar di bahasa Indonesia.

Fenomena “jujurly” bisa dimaknai “sejujurnya”. Kata “jujur” tergolong ke dalam adjektiva. Namun, ketika mendapatkan konfiks “se-“ dan “–nya”, “sejujurnya” adalah adverbia. “Honesty” pun merupakan adverbia. Pola pembentukan adverbia “se-“ dan “-nya” lalu diterapkan pula pada kata “honest” sehingga terbentuk adverbia “sehonestnya”.

Secara tidak sadar netizen di media sosial sudah terbiasa menerapkan pola-pola afiksasi dalam pembentukan kata meskipun tidak memahami teorinya.

Nah, itulah sedikit keterangan mengenai fenomena “jujurly” dan “sehonestnya”, apakah cukup informatif? Bagikan seluas-luasnya artikel ini supaya lebih berguna, ya!

referensi: narabahasa.id


Kontributor : Risen Dhawuh Abdullah

Artikel Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *