Apa yang lebih menyiksa ketika banyak promo buku murah tapi tak punya uang untuk membelinya?

Kalau urusan patah hati sama pacar, wis angel, angel, angel, bukan keahlian Bung Jep. Patah hati tidak hanya berhubungan dengan pacar, banyak macamnya. Nah, pernah ga Sahabat Jep patah hati sama buku? Gimana rasanya? Sakit tapi ga berdarah? Atau dibawa biasa saja? Berikut Bung Jep akan senaraikan patah hati dengan buku.
Pernah dong seorang teman meminjam buku kepada Sahabat Jep. Keperluannya bisa macam-macam, di antaranya hanya karena ingin punya bahan bacaan sampai memang dibutuhkan untuk referensi tulisannya. Yang jadi masalah adalah ketika si peminjam lupa mengembalikan atau bahkan sengaja melupakan. Manusia memang tempatnya salah dan lupa ya. Lebih berabe kalau buku yang dia pinjam termasuk daftar buku kesayangan. Yang lebih rumit adalah ketika si peminjam meminjamkan kepada teman lain, dan teman tersebut pulang kampung, nun di seberang pulau sana.
Akan tetapi, mari kita lihat dari sudut pandang si peminjam. Boleh jadi, si peminjam merasa buku tersebut kurang dimanfaatkan oleh si pemilik. Misalnya, walaupun agak berbeda kasus, banyak buku menarik di sebuah perpustakaan, tetapi si peminjam tahu bahwa buku tersebut terakhir dipinjam tahun 1998. Keadaan bukunya pun sudah lusuh ditelan waktu. Padahal isinya penting, menarik, dan masih relevan sampai hari ini. Tindakan yang normal si peminjam sekadar meminjam dan memperpanjang terus-menerus. Kedua, yang menarik, si peminjam ‘mencurinya’. Tampaknya, lebih baik buku diselamatkan dengan cara tersebut daripada teronggok.

Sebelum dan selama pandemi, promosi buku tetap semarak, riuh menggoda iman Sahabat Jep. Macam-macam bentuknya, mulai dari diskon, paket murah, cuci gudang, beli satu dapat bonus buku, blok note, guide bag, dan lain sebagainya. Apa yang lebih menyiksa ketika banyak promo buku murah tapi tak punya uang untuk membelinya? Apalagi bukunya keren. Kamu tak bisa meminangnya jadi milikmu. Ujung-ujungnya kembali ke cara pertama, meminjam. Berkutat di situ-situ saja, barangkali menyiksanya sama dengan upaya keras melupakan setiap kenangan bersamanya. Dah, berat, berat.
Patah hati berikutnya adalah Sahabat Jep sudah mengirim naskah buku ke penerbit dan berbulan lamanya menunggu tetapi tidak terbit juga. Entah karena masih dalam proses atau pahitnya adalah ditolak. Padahal naskah tersebut sudah kamu idam-idamkan. Sebagai anak kandung intelektual, naskahmu sudah layak dan harus segera lahir. Sudah berusaha mencari penerbit lain, tetapi pelayanannya kurang memuaskan.
Untuk patah hati yang terakhir disebutkan, Sahabat Jep bisa menjapri Bung Jep. Mari kita bangun rumah tangga masa depan bersama, maksud Bung Jep masa depan naskah kamu.