3 Persoalan Bahasa Indonesia yang Menentukan Perilaku Masyarakatnya, Benarkah?

Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial, sebab gagasan hanya bisa disampaikan dengan bahasa.

Di dunia ini tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Dari berbagai bahasa di dunia, bahasa Indonesia adalah salah satunya.

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sosial ternyata mempunyai persoalan tertentu, khususnya terkait dengan perilaku masyarakatnya. Melansir dari buku Dasar-dasar Linguistik Umum karangan Soeparno, setidaknya ada tiga persoalan bahasa Indonesia yang berhubungan perilaku masyarakatnya. Persoalan tersebut dikemukakan oleh orang bernama Kang En dalam artikelnya yang berjudul “Bahasa yang Merusak Mental Bangsa”. Berikut penjelasannya:

1. Masalah Kata Sapaan

Kang En menyoroti sapaan formal dalam bahasa Indonesia seperti “Bapak”, “Ibu”, dan “Saudara” ternyata meminjam dari perbendaraan kata yang menyatakan hubungan kekerabatan/famili, yaitu “bapak”, “ibu”, dan “saudara”.

Hal ini ternyata ada dampak yang signifikan, yakni mengakibatkan masyarakat pemakainya memiliki sifat familier dan nepotis. Mungkinkah berkembangnya nepotisme di negeri ini disebabkan oleh perilaku bahasa, yang dalam ini mengadaptasi istilah kekerabatan/hubungan famili sebagai sapaan? Tentu masih harus dikaji secara cermat persoalan ini!

2. Masalah Kala (Tenses)

Bahasa Indonesia sebagai bahasa tipe aglutinatif memang tidak mengenal tenses (kala). Hal ini telah mengakibatkan masyarakatnya kurang begitu peduli atas waktu dan kurang menghargai waktu atau kurang disiplin dalam masalah waktu.

Perlu kiranya dibandingkan dengan budaya tepat waktu yang dimiliki oleh masyarakat yang bahasanya mengenal tenses. Perlu menjadi renungan ahli bahasa, apakah perilaku bangsa Indonesia yang kurang menghargai waktu ini disebabkan oleh struktur bahasa Indonesia yang tidak mengenal tenses? Tentu hal ini juga patut diteliti lebih jauh.

3. Masalah Salam (Greeting)

Salam pada masyarakat di Indonesia yang populer adalah “Apa kabar?”. Yang menjadi persoalan adalah samakah perilaku bangsa yang menggunakan salam “Apa kabar?” dengan salam “How do you do?”.

Dampak penggunaan “do” tampaknya berbeda dengan dampak pemakaian kata “apa kabar”. Kata “do” memiliki sugesti kepada penuturnya untuk berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan “apa kabar” memiliki sugesti kepada penuturnya untuk “memburu berita”.

Bangsa yang menggunakan “How do you do?” sangat terbiasa bekerja dan bekerja. Contohnya saat melakukan perjalanan dengan bus atau kereta api selalu tidak luput dari aktivitas membaca buku. Sementara itu bangsa yang menggunakan salam “Apa kabar?” sangat umum dijumpai selalu “ngobrol” di dalam perjalanan.

Apakah ini menjadi bukti bahwa perilaku bangsa telah ditentukan oleh perilaku bahasanya, khususnya dalam menggunakan salam? Tentunya ini harus diteliti lebih jauh, sebab teknologi juga sudah berkembang jauh. Saat ini sudah banyak orang memainkan hp di mana pun berada.

Itulah penjelasan mengenai persoalan bahasa Indonesia yang menentukan perilaku masyarakatnya. Apakah artikel ini cukup informatif? Silakan bagikan artikel ini supaya lebih bermanfaat!


Kontributor : Risen Dhawuh Abdullah

Artikel Terbaru

1 komentar untuk “3 Persoalan Bahasa Indonesia yang Menentukan Perilaku Masyarakatnya, Benarkah?”

  1. Pingback: Istilah Warna-warna dalam Bahasa Indonesia, Sudah Tahu? -

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *