gaya bahasa satire

Pengertian Satire dan Sarkasme yang Sering Salah Kaprah! Berikut Penjelasannya

Di era digital, perkembangan media begitu pesat, sehingga menimbulkan persaingan media. Sehingga seringkali untuk mendapatkan hati pembaca, media sering membuat berita yang menarik perhatian, bahkan dapat membuat heboh, sehingga akan timbul komentar-komentar dari netizen.

Pada komentar-komentar yang tersaji oleh ulah netizen, terserak sindiran-sindiran dalam berbagai bentuk terhadap berita yang ada. Tidak jarang pula sindiran itu mendapat komentar dari sesama netizen, menanggapi kalau komentar yang telah dibuatnya merujuk pada dua nama jenis gaya bahasa. Satire dan Sarkasme.

Orang-orang seringkali tidak memahami pengertian satire dan sarkasme. Komentar yang sebenarnya tidak mengundang kemarahan, malah masuk dalam sarkasme. Sementara sindiran yang mengandung kata-kata pedas ataupun keras, malah masuknya ke satire. Kesalah-kaprahan ini yang perlu penjelasan. Nah, apa perbedaannya?

Satire sendiri merupakan jenis majas yang halus, terkadang terselip kelucuan di dalamnya, sehingga lawan bicara yang tersindir atau terejek tidak sakit hatinya. Tidak sebagaimana sarkasme, satire tidak bersifat menjatuhkan. Namun, ada semacam kritikan yang terselip di dalamnya.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lima, satire merupakan gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Mengacu pada pengertian tersebut, satire tidak ada sangkut pautnya dengan kata-kata pedas, sehingga mengundang kemarahan seseorang. Berikut satu contoh majas satire beserta penjelasannya :

Nyaman sekali tempat tidurmu, sampai semut saja nyaman di sini.

Kalimat tersebut mengandung sindiran halus. Tidak ada kata-kata yang bersifat mengundang kemarahan atau kejengkelan lawan bicara. Kalimat tersebut juga sekaligus menjadi kritik, supaya lawan bicara membersihkan ruang tidurnya, sehingga tidak banyak semut bersemayam.

Sarkasme juga termasuk dalam majas sindiran untuk menyinggung, mengolok-olok, atau bahkan untuk menimbulkan efek sakit hati, sebagai wujud ekspresi akan rasa marah, kesal, jengkel, dan lain sebagainya. Sehingga sarkasme mempunyai sifat menjatuhkan. Dengan kata lain sarkasme bersifat lebih keras daripada satire.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lima, sarkasme adalah (penggunaan) kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar. Dengan kata lain, sarkasme bisa memperoleh julukan sebagai majas tanpa kompromi. Berikut satu majas sarkasme beserta penjelasannya :

            Dasar pemalas! Sepeda motor sendiri kotor, tidak juga dicuci!

Kalimat tersebut ungkapan kesal melihat benda (sepeda motor) milik lawan bicara yang kotor. Kata pemalas memiliki kesan mengolok-olok, tanpa tedeng aling-aling dalam memperingatkan lawan bicara, sehingga dapat mengundang sakit hati. Nah, bagi Anda yang hendak mengkritik pemerintah, sebaiknya jangan gunakan majas sarkasme. Mlipir, cari aman saja dengan satire.

Demikian penjelasan perbedaan antara satire dan sarkasme. Sebenarnya masih ada jenis majas sindiran, selain kedua yang sudah tersaji. Tunggu saja artikel selanjutnya!


Kontributor : Risen Dhawuh Abdullah

Artikel Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *