Teknik menulis cerpen

Menulis Cerpen: Lebih Penting Mana Teknik dengan Konten?

Dari beberapa unsur yang membentuk sebuah cerpen, pada dasarnya karya sastra yang relatif pendek itu hanya terbagi atas dua komponen pokok yang saling terikat yaitu, teknik dan konten.

Teknik

Ketika kita membaca sebuah cerpen, kemudian enggan meninggalkan bacaan kita—bahkan hanya sekadar membalas pesan singkat dari doi misalnya—maka dapat dikatakan bahwa pengarang cerita tersebut telah berhasil membangun rasa penasaran, atau bahkan mungkin memainkan emosi pembaca. Sehingga kemudian, pembaca akan menuntaskan cerpen sampai benar-benar selesai.

Perkara bagian ending, kemudian pembaca merasa kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasinya, atau senang karena apa yang terjadi dalam cerita sama sekali tidak tergambar pada pikirannya, itu merupakan perkara lain. Rasa penasaran inilah yang kemudian, biasa orang-orang sebut sebagai suspense.

Membuat cerita yang demikian tentu saja bukanlah perkara yang mudah. Butuh latihan yang harus dilakukan secara terus-menerus—bagi kalian yang mudah patah semangat jangan harap bisa demikian—selain juga dibarengi membaca yang keras! Ingat, keras! Ini tidak main-main.

Kemudian mungkin kalian akan bertanya-tanya, bagaimana caranya menyajikan sebuah cerita dengan teknik yang baik? Sebenarnya tidak ada tips atau cara yang menjamin bisa berjalan ke sana, sebab itu semua hanya dapat teraih dengan latihan. Namun, meski begitu, ocehan ini akan berusaha menjelaskan—perkara kalian tidak paham, itu urusan kalian—langkah apa yang dapat membuat seorang penulis bisa menyajikan cerita yang sedemikian menarik.

Pertama adalah mengenai penggambaran latar (tempat, waktu, dan suasana) secara mendetail. Namun perlu kalian ingat, sedetail apapun latar, konteks yang sedang menjadi pembahasan kita merupakan cerita pendek! Jadi jangan terlalu terjebak, hingga kemudian bukan tidak mungkin cerpen yang kalian tulis malah menjadi terasa membosankan, karena tidak jelas juntrungnya!

Kedua adalah menyajikan semacam teka-teki pada bagian-bagian tertentu. Maksud dari teka-teki ini bertujuan untuk menggiring pembaca untuk sampai pada titik akhir cerpen. Atau dengan kata lain apabila kalian ingin membuat ending yang mengejutkan, kalian berupaya terus mempertahankan kerahasiaan, apa yang terjadi pada akhir cerita. Teka-teki ini bisa berupa kata atau kalimat—ketika pembaca membaca, ia sudah membuat sebuah dugaan, meski kemudian dugaan itu meleset.

Ketiga mengenai pemilihan kata saat kita menceritakan. Dewasa ini sudah begitu banyak cerpen-cerpen yang berdiksi memikat, terhindar dari keklisean, tapi tetap berada pada jalur logika yang tidak cacat. Pemilihan kata, menjadi salah satu teknik sebuah cerpen menjadi enak dibaca, sehingga pembaca tidak bosan.

Keempat, ending yang memikat. Ending yang memikat adalah ending yang tidak terduga. Artinya ending tersebut tidak ada dalam angan-angan pembaca sebelumnya.

Konten

Kemudian sekarang kita berbicara konten. Konten dalam konteks cerpen sebagian orang menyebutnya sebagai tema. Penulis yang sadar akan, bahwa ia tidak mampu menyajikan cerpen dengan teknik bercerita yang baik, maka ia akan menguatkan pada wilayah konten. Jadi kesimpulannya, cerpen yang ia tulis, tetap memiliki daya pikat, daya tarik, atau daya tawar. Sehingga cerpen-cerpen yang menitikberatkan pada konten, tidak kalah dengan cerpen yang mempunyai teknik mumpuni.

Pertanyaan yang kemudian muncul, bagaimana konten cerpen yang baik? Konten yang baik adalah, ketika pengarang berhasil menyajikan suatu permasalahan yang menawarkan kebaruan. Kebaruan dalam hal ini mengandung dua pengertian.

Pertama kebaruan yang belum banyak orang tahu (baca; pengertiannya bisa juga pengarang berupaya mengatakan tentang suatu fakta yang sebenarnya terhadap apa yang menjadi pengetahuan umum). Kedua kebaruan, karena peristiwa yang dipilih sebenarnya ada pada sekitar kita, tapi kita tidak menyadarinya atau tidak mempunyai pikiran, bahwa peristiwa itu sangat menarik untuk ditulis menjadi cerpen.

Jadi, ketika kita membaca cerpen dengan konten yang kuat, kita akan membawa pulang “sesuatu” meski teknik bercerita pengarang biasa aja. Dengan kata lain, kita mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru atau informasi. Jadi dalam hal ini sebuah cerpen tidak serta-merta sebagai hiburan semata.

Teknik Atau Konten?

Pada dasarnya kedua-duanya sangat penting dalam menulis cerpen. Seorang cerpenis yang dapat menguasai dua hal tersebut sangatlah luar biasa, dan patut bersyukur. Cerpen yang mengandung dua hal itu, pasti akan selalu dikenang sebagai cerpen yang baik. Tidak ada yang lebih penting. Kedua-duanya sama-sama penting. <menulis cerpen>

Namun, tidak salah juga, jika seorang penulis memilih satu di antaranya. Pilihan itu terkadang bisa menjadi karakter seorang penulis. Oh, si A ini kuat di teknik. Si B kuat di konten. Tidak masalah. Setiap penulis mempunyai caranya sendiri untuk mengekspresikan apa yang berada dalam kepalanya.

Apalah arti ocehan yang tidak jelas ini, jika kita tidak pernah latihan untuk menulis cerpen. Maka yang terpenting, daripada teori adalah menulis. Sebab bagaimanapun, dunia menulis tidak bisa lepas dari hal yang namanya proses! Selamat menulis cerpen!


Kontributor : Risen Dhawuh Abdullah

Artikel Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *