Jangan karena Nggak Mau Berpisah, Kamu lalu Pakai Tanda Hubung

Jika kamu dengan dia sebaiknya terhubung, mengapa mesti berpisah. Namun, kadang yang terjadi berbalik, masih terhubung tapi pengen pisah, sudah pisah sejatinya masih ingin berhubungan.

Terbalik-balik gitu nggak hanya soal hubungan, tetapi juga ketika menggunakan tanda baca, antara tanda pisah (–) dan tanda hubung (-). Tanda pisah lebih panjang.

Misal begini, “Mas A dan Mbak B sudah pacaran dari 2015-2021.”

Lain lagi gini, “Aku sudah berkali–kali WhatsApp dia, tapi di-read doang.” Duh, nasib, ya.

Contoh pertama menjelaskan bahwa Mas A dan Mbak B pacaran dari tahun 2015 sampai dengan 2021. Tapi, tahukah tanda yang digunakan di sana adalah tanda hubung. Padahal tanda yang sebaiknya tertera di sana adalah tanda pisah, yang bertanda begini (–). Tanda pisah tidak bisa ditemukan di keyboard laptop atau komputer kamu, tetapi ada di Symbol (Insert-Symbol). Pilih tanda dengan nama Dash.

Tanda pisah digunakan dalam tiga kesempatan; 1) ketika membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misal:

Dalam percintaan itu–kita pasti sependapat–perlu perjuangan dan pengorbanan.

2) ketika menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.

Misal:

Si Bambang–yang dulu suka ghosting dan hobi burung itu–sekarang sudah menikah.

3) ketika di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

Yang ketiga tersebut contohnya masa pacaran Mas A dan Mbak B di atas. Jadinya begini.

Mas A dan Mbak B sudah pacaran dari 2015–2021.

Btw, lama juga, ya. Kapan nikah, Mas, Mbak?

Contoh kalimat kedua, kata ulang “berkali‒kali” seharusnya pakai tanda hubung (-). Tanda ini sudah ada di keyboard kamu.

Tanda hubung digunakan dalam beberapa kesempatan; 1) ketika menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris, 2) menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu, 3) memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan,

Lanjut, 4) merangkai se– dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke dengan angka, angka dengan –an, kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital, kata dengan kata ganti Tuhan, huruf dan angka, dan kata ganti –ku, –mu, dan –nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital, 5) merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau asing, 6) menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan, dan 7) menyambung unsur kata ulang seperti contoh kedua tadi.

Nah, contoh kalimat kedua jadi gini,

“Aku sudah berkali-kali WhatsApp dia, tapi di-read doang.”

Yaudahlah, kayaknya pasrah aja, ya.

Sekarang kamu jangan kebalik lagi, ya. Karena nggak mau berpisah, lalu kamu pakai tanda hubung, atau sebaliknya.

Artikel Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *